Skizofrenia dan Fenomena Nabi Palsu
Fenomena nabi palsu dan aliran sesat seakan sudah tidak terdengar lagi setelah kehebohannya beberapa waktu yang lalu, namun ternyata fenomena ini tetap ada dan menimbulkan keresahan di masyakarat. Masing-masing orang mempunyai pendapat mengenai nabi palsu ini, beberapa mengatakan mereka adalah orang murtad, jelmaan iblis, usaha separatis, penistaan agama sampai pada pendapat yang mengatakan ini adalah tanda akhir zaman atau kiamat yang dinubuatkan dalam kitab suci.
Bagaimana dari sudut pandang medis? Ternyata dari sudut pandang medis, kebanyakan nabi palsu ini adalah penderita skizofrenia. Penderita skizofrenia ini akan mengalami halusinasi dan delusi, termasuk suara-suara yang berbisik padanya dan juga akan mengalami waham di mana dia hidup menurut keyakinan yang tidak masuk akal. Pada penderita skizofrenia yang sudah berat kita akan mudah mengidentifikasinya sebagai "orang gila", namun pada tahapan awal, justru penderita skizofrenia ini bisa tampak begitu berwibawa, kharismatik, dan meyakinkan sehingga dia puunya banyak sekali pengikut.
1. Tanda dan Gejala Skizofrenia yang ada pada para nabi palsu
Skizofrenia ini mempunyai gejala yang cukup khas sehingga tidak perlu menjadi seorang psikiater untuk bisa menduga (ingat!!! Menduga bukanlah menegakkan diagnosis) bahwa seseorang menderita skizofrenia, berikut ini adalah tanda dan gejala seseorang mengidap skizofrenia
Halusinasi :
Halusinasi yang muncul bisa berupa suara yang memerintahkannya untuk melakukan sesuatu. Orang lain di sekitarnya tidak bisa mendengar suara ini, suara ini begitu berkuasa sehingga dia tidak mampu menolak perintah yang diberikan. Halusinasi yang timbul juga bisa berupa halusinasi penglihatan di mana dia merasa ditemui oleh orang-orang suci maupun juga halusinasi dalam bentuk lain seperti halusinasi taktil ataupun halusinasi pembauan.
Delusi :
dalam bahasa Indonesia delusi ini sering disebut sebagai waham. Waham ini merupakan suatu kepercayaan yang tidak masuk akal sehat namun dipercaya oleh si penderitanya. Waham ini tidak mudah digoyahkan, bahkan walaupun kita menyajikan fakta-fakta yang menggoyahkan wahamnya. Biasanya para nabi palsu ini mengalami waham di mana dirinya merasa mendapat suatu kekuatan gaib, mereka juga tidak mudah digoyahkan walaupun sudah ditunjukkan ayat-ayat yang menyatakan bahwa mereka bukanlah nabi.
Perubahan perilaku : Penderita skizofrenia ini juga menunjukkan perubahan perilaku dalam kehidupan sehari-hari yang nyata. Bisa dari sikap yang sangat apatis, sampai sikap yang sangat emosional dan tidak wajar.
Gangguan sosial :
Seorang penderita Skizofrenia akan mengalami gangguan dalam fungsi sosialnya. Seringkali mereka menyendiri terpisah dari orang-orang yang sebelumnya mereka cintai.
Dan salah satu ciri khas dari skizofrenia ini adalah kesadaran dan intelegensia tetap baik pada tahapan awal sehingga orang tersebut tidak tampak seperti orang yang mengalami gangguan kejiwaan. Beberapa pengidap Skizofrenia justru tampil sangat berwibawa dan meyakinkan, seperti John Nash yang cerita nyatanya telah diangkat ke film "A Beautiful Mind". Bahkan beberapa ahli psikiatri forensik berpendapat bahwa Adolf Hittler sang pemimpin partai Nazi juga mengidap Skizofrenia jenis paranoid.
2. Mukjizat yang dilakukan para nabi palsu
Tidak cukup dengan bicara dan khotbah, kadang para nabi palsu ini juga melakukan " mukjizat" yang membuat pengikut mereka bertambah yakin dan akibatnya jumlah pengikutnya pun bertambah besar. Bagaimana seorang pengidap kelainan jiwa melakukan "mukzizat"?. Penjelasannya sangat sederhana, yaitu efek plasebo, kebetulan, dan penipuan.
Efek Plasebo :
"Anda sembuh karena anda merasa diri anda sembuh", itulah definisi sederhana dari efek plasebo ini. Para dokter pun kadang menggunakan efek plasebo ini, misalnya dalam menangani penderita disfungsi ereksi, seringkali penderita disfungsi ini langsung merasakan perbaikan walaupun hanya diberi pil gula yang secara medis tidak akan berkhasiat apa-apa. Ini karena efek plasebo, penelitian mengenai efek plasebo ini sudah banyak dan bisa anda cari dengan mudah
Kebetulan :
Orang lumpuh yang bisa berjalan, apakah itu mukzizat? Belum tentu… Seorang penderita kelumpuhan biasanya akan mencoba segala cara agar bisa berjalan dan bergerak kembali pada saat-saat awal. Tentu saja dia akan sering jatuh dan bahkan mengalami memar-memar, dan akhirnya dia menyerah untuk mencoba lagi. Setelah 3 atau 4 tahun tidak pernah mencoba berjalan lagi, tiba-tiba seorang nabi palsu dengan penuh keyakinan berkata padanya bahwa dia bisa berjalan. Dan coba tebak, selama 3 atau 4 tahun pasien ini tidak mencoba berjalan, ternyata proses penyembuhan perlahan mulai terjadi, sendi-sendi mulai sembuh, otot yang robek mulai menyatu walaupun telah atrofi, tulang pun telah mulai membaik. Sudah bisa ditebak, ternyata dia perlahan mulai bisa berjalan, dan ini jelas bukan karena mukzizat si nabi palsu.
Penipuan :
Tak jarang juga para nabi palsu ini unjuk "ilmu kebal" di mana dia kebal bacok, rambutnya tidak bisa diiris. Semua itu ternyata tipuan yang bisa anda baca di buku sulap. Sepertiga ujung golok dibiarkan tetap tajam sementara dua pertiga bagian belakangnya digerinda hingga tumpul, pada saat memotong mentimun atau benda lain untuk memamerkan ketajaman goloknya, dia menggunakan ujung yang lancip. Saat membacok tangan atau tubuhnya? Tentu saja dia menggunakan sisi yang tumpul. Silet yang tidak bisa mengiris rambutnya juga punya trik sederhana, satu sisi tumpul, satu sisi tajam, untuk membedakannya dia berpatokan pada merk silet yang hanya ada pada satu sisi.
3. Bagaimana kita harus menyikapi nabi palsu ini?
Nabi-nabi palsu penderita skizofrenia ini punya nasib beragam. Beberapa punya aliran yang cukup besar dan sampai sekarang tidak tersentuh hukum, beberapa tewas dihakimi massa, dan beberapa dipenjara karena pasal penistaan agama. Satu hal yang perlu kita cermati bersama adalah "Setiap orang sakit berhak mendapat pengobatan", termasuk para penderita skizofrenia ini. Penderita skizofrenia ini tidak seharusnya dipenjara melainkan mendapat terapi yang adekuat. Skizofrenia ini bisa disembuhkan atau minimal dikendalikan. Dengan cara ini juga, dampak sosial pada masyarakat akan lebih minimal. Masyarakan akan maklum bahwa sang nabi palsu adalah seorang pengidap gangguan jiwa sehingga tidak menimbulkan keresahan berkepanjangan.
N.B. : Mohon artikel ini ditanggapi dengan bijaksana. Artikel ini bertujuan membahas fenomena nabi palsu dari sisi medis dan tidak ada tujuan untuk menyinggung SARA sama sekali
Semoga bermanfaat
Terimakasih
[Sumber: Maslim, Rusdi. Buku Saku Pedoman Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ-III. 2003. FK Unika Atmajaya, Jakarta.]
0 komentar:
Posting Komentar